JAKARTA (Pos Kota) – Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya hayati melimpah. Tetapi nilai impor buah dan sayuran cukup mengejutkan. Dalam kurun setahun terakhir ini, nilai impr buah dan sayuran sudah mencapai angka Rp 17 triliun.
Rektor IPB Herry Suhardiyanto menyerahkan bibit pohon jambu Kristal kepada satu pengunjung pameran Agrinex ke-7. (inung)
“Nilai impor buah dan sayuran senilai Rp 17 triliun itu berarti sudah setara dengan nilai impor gandum. Ini sangat mengherankan,” tutur Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Herry Suhardiyanto disela penutupan Agrinex expo ke-7 sebagai rangkaian ulangtahun emas IPB, Minggu (7/4).
Padahal sebagai negara yang kaya akan sumber hayati, persoalan tersebut mestinya tidak perlu terjadi. Kebutuhan pangan terutama sayur dan buah semestinya bisa dipenuhi oleh pertanian lokal.
Herry mengakui mudahnya proses impor buah dan sayuran ke Indonesia membuat negara-negara asing berebut ‘pasar’ Indonesia. Mereka menerapkan kebijakan ekspor buah dan sayuran dengan harga yang sangat rendah dan prosedur yang mudah sehingga bisa mengalahkan harga buah dan sayuran lokal Indonesia.
Tak heran jika beberapa waktu lalu, supermarket bahkan pasar tradisional di Indonesia kebanjiran buah dan sayur impor. Kondisi tersebut sempat membuat petani lokal frustasi.
Tetapi kebijakan membatasi pelabuhan pemasok buah dan sayur impor membuat buah dan sayuran impor harganya menjadi naik. “Karena ada tambahan biaya distribusi dan transportasi yang cukup mahal. Tetapi ini efektif untuk membuat harga sayuran dan buah impor menjadi mahal,” tambah Herry.
Kondisi tersebut tentu tidak bisa diberlakukan seperti it uterus menerus. Sebagai negara yang ikut meratifikasi perjanjian WTO, tentu segala ketentuan perdagangan antar negara harus diikuti oleh Indonesia.
Karena itu, untuk membuat sayur dan buah lokal bisa menjadi tuan dinegeri sendiri, menurut Herry, gerakan mencintai produk dalam negeri harus terus digelorakan. Tentunya gerakan mencintai produk dalam negeri harus pula diwujudkan dengan kemauan untuk menggunakannya.
“Mencintai tentu tidak cukup. Harus ada kemauan untuk menggunakan produk dalam negeri juga,” tukasnya.
Jika masyarakat Indonesia sudah mencintai produk dalam negeri, yang dilanjutkan dengan kemauan untuk menggunakannya (mengkonsumsinya), tentu dengan sendirinya buah dan sayur impor akan tersisih. Rektor yakin bahwa produk sayuran dan buah lokal jauh lebih berkualitas dibanding buah impor.
sumber: http://www.poskotanews.com/2013/04/07/nilai-impor-buah-indonesia-mencapai-rp-17-triliun/
0 comments:
Post a Comment