Fenomena buruk ini sebenarnya sangat mudah dijumpai di seluruh Indonesia mulai Sabang sampai Meraoke, mulai dari kota besar sampai ke pelosok desa yang sangat jauh dari kota mereka pasti senang dan memilih buah bukan nusantara. Ada anggapan sebagian masyarakat bahwa dengan mengkonsumsi buah bukan nusantara membawa konsekwensi pada perubahan gaya hidup masyarakat, apalagi dengan gencarnya promosi, iklan tentang gaya hidup atau slogan kembali ke alam membuat masyarakat semakin selektif memilih dan mengkonsumsi buah – buahan lokal, mereka akan berpikir buah mana yang di pasar murah harganya, bagus pengemasannya dan karena itu buah import (buah jeruk cina, durian, papaya, klengkeng dari Thailand, Apel Wasingthon) dan masih banyak lagi jenis buah yang dikonsumsi bahkan di pasar lebih mudah menemukan, harganyapun kelewat lebih murah.
Gambar 1. Fenomena masyarakat yang bertransaksi buah dengan memperhatikan kesehatan buah maupun kesehatan konsumennya.
Bererapa alasan mengapa masyarakat memilih untuk membeli, mengkonsumsi buah bukan Nusantara. Mengerikan memang. Tapi itu kenyataan yang tidak bisa kita salahkan sepenuhnya kepada masyarakat pengkonsumsi, tapi mari mencoba melihat perkembangan perbuahan di Indonesia baik dari hulu sampai hilir.
Tabel 1. Nilai Ekspor dan Impor Beberapa Komoditas Buah Tahun 2010
Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, Jakarta 2012
Perubahan gaya hidup yang disebabkan dampak dari peningkatan kesejahteraan masyarakat bisa sebagai pemicu rendahnya animo terhadap buah nusantara sehingga adanya persepsi bahwa menkonsumsi buah impor merupakan bentuk dari perubahan gaya hidup itu sendiri. Satu sisi masyarakat semakin sadar akan resiko dari residu bahan kimia yang terdapat pada komoditas buah nusantara yang sementara di banyak masyarakat dalam budidaya buah masih mengandalkan bahan – bahan kimia dalam memacu pertumbuhan dan pengendalian hama penyakit untuk mengejar produksi yang tinggi (input yang tinggi), sehingga mengabaikan faktor kesehatan konsumen. Ini akan berimplikasi kepada tuntutan konsumen terhadap produk hortikultura (khususnya buah) yang aman dikonsumsi.
Gambar 2 : Fenomena masyarakat bertransaksi buah tanpa memperhatikan kondisi tempat, dan kualitas buah
Fenomena ini akan semakin liar tanpa adanya campur tanggan pemerintah baik pusat maupun daerah sehingga perlu solusi secara komprehensif sehingga sama – sama menguntungkan kedua belah pihak baik produsen buah maupun konsumen itu sendiri. Melaui Permentan No. 61 / Permentan / OT.160 / II / 2006 Tentang Pedoman Budidaya Buah yang Baik (GAP) kemudian disempurnakan dengan Permentan No. 48 / Permentan / OT.140 / 10 / 2009 Tentang Good Agriculture Practices (GAP) yakni Pedoman Budidaya Buah yang Baik dengan harapan bagaimana meningkatkan produksi dan produktivitas buah dengan menjaga mutu termasuk aman konsumsi. Kemudian bagaimana meningkatkan efisiensi produksi, efisiensi penggunaan sumberdaya alam dan mempertahankan kesuburan lahan, kelestarian lingkungan serta sebagai pertanian berkelanjutan.
Untuk mendukung suksesnya, perlu adanya sosialiasi, promosi, pelatihan yang difasilitasi oleh pemerintah kepada kelompok tani komoditas komoditas buah serta adanya campur tangan secara langsung dari pemerintah melalui adanya jaminan harga dari pemerintah. Tanpa itu semua bukan mustahil bahwa buah nusantara akan selamanya tidak akan bisa bersaing dengan buah dari tetangga negara.
sumber: http://www.bbppketindan.info/index.php?option=com_content&view=article&id=128:kenapa-tidak-memilih-buah-nusantara&catid=10&Itemid=105
0 comments:
Post a Comment