Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang dianugerahi sumber daya alam yang berlimpah dari Sabang sampai Merauke. Berbagai jenis tanaman hortikultura seperti tanaman buah, sayur, dan tanaman hias (termasuk bunga) tumbuh dan berkembang dengan baik. Namun demikian, Pemerintah dan rakyatnya masih belum dapat memanfaatkan potensi tersebut secara optimal. Hal ini mengakibatkan nilai impor hortikultura yang terus meningkat dan menguras devisa negara setiap tahunnya. Impor hortikultura Indonesia tahun 2011 (per Oktober 2011) mencapai Rp 17.61 Trilyun, seperti disajikan pada Gambar 1 di bawah ini.
(Gambar 1) |
Produksi hortikultura dalam negeri memang belum mampu bersaing dengan produk hortikultura impor di pasar domestik baik dalam HARGA dan IMAGE KONSUMEN yang berkembang di masyarakat. Untuk bisa memahami keterkaitan proses dan permasalahan hortikultura di Indonesia yang menyebabkan ketidak mampuan bersaing produk buah Indonesia, sebagai contoh, dalam HARGA dan IMAGE KONSUMEN di pasar domestik dan pasar internasional, dapat dilihat pada bagan mengenai “Kerangka Investasi dan Bisnis Buah Nusantara” yang disajikan pada Gambar 2 di bawah ini.
(Gambar 2) |
Dari Gambar 2 tersebut, hal-hal yang perlu mendapat perhatian adalah:
- PERTAMA, kebijakan Pemerintah yang belum kondusif terhadap investasi dan bisnis hortikultura, antara lain: kebijakan moneter khususnya suku bunga, kebijakan pajak, kebijakan investasi, kebijakan pertanahan, kebijakan sumberdaya air, kebijakan input produksi, kebijakan ekspor dan impor, serta kebijakan kesehatan dan lingkungan. Disini diperlukan adanya sinergi dari berbagai institusi Pemerintah dan Legislatif di tingkat pusat dan daerah untuk bisa membuat kebijakan dan peraturan yang benar-benar efektif untuk meningkatkan daya saing produk hortikultura untuk pasar domestik maupun internasional.
- KEDUA, infrastruktur yang ada belum kondusif terhadap investasi dan bisnis hortikultura, antara lain: sarana jalan dan transportasi, sumber energi dan listrik, irigasi, industri pengolahan, pasar dan pelabuhan, dan sarana kegiatan promo dan expo produk hortikultura. Pembangunan infrastruktur merupakan tugas Pemerintah, sehingga kita perlu mendorong Pemerintah untuk meningkatkan pembangunan infrastruktur di pusat-pusat produksi hortikultura dan sarana prasarana tata niaga agar terjangkau konsumen.
- KETIGA, sebagian besar usaha hortikultura di Indonesia diusahakan oleh petani dengan skala usaha yang kecil, teknologi yang sederhana dan manajemen yang seadanya, baik manajemen produksi, pasca panen, pemasaran serta manajemen lain yang menentukan tingkat produktivitas, efisiensi, kualitas dan harga produk hortikultura. Dalam hal ini perlu adanya dorongan bagi para investor dan pengusaha untuk pengembangan skala usaha yang besar pada tingkat perkebunan, sehingga bisa mengaplikasikan teknologi dan manajemen yang lebih berdaya saing.
- KEEMPAT, belum efektifnya pelaksanaan kebijakan karantina dan sertifikasi tanaman dan produk hortikultura, sehingga produk-produk impor hortikultura sangat leluasa memasuki pasar dalam negeri. Proses sertifikasi tanaman dan produk hortikultura juga berbelit-belit dan memakan waktu dan biaya sangat mahal, sehingga produk dalam negeri kurang mampu bersaing dengan produk negara lain di pasar internasional.
- KELIMA, image kualitas produk hortikultura yang telah terbentuk dan berkembang pada masyarakat bahwa “kualitas produk hortikultura ditentukan oleh warna yang bagus, ukuran yang relatif sama, penampilan bersih dan menarik serta disajikan pada outlet-outlet secara menarik”. Persyaratan tersebut pada saat ini hanya dapat dipenuhi oleh produk impor, walaupun pada kenyataannya produk impor kurang memenuhi persyaratan kesehatan akibat penanganan produksi, pasca panen dan pemasaran yang mempergunakan bahan kimia yang membahayakan kesehatan.
Persyaratan tersebut hanya bisa dipenuhi oleh produk impor, walaupun pada kenyataan produk impor kurang memenuhi persyaratan kesehatan akibat penanganan produksi, pascapanen dan pemasaran yang mempergunakan bahan kimia yang membahayakan kesehatan.
Masyarakat perlu diajarkan bahwa kualitas produk bukan hanya dilihat dari warna, ukuran serta penampilan yang bersih dan menarik, tetapi unsur kesehatan dan rasa juga perlu disosialisasikan secara intensif, bahkan masalah kesehatan dan rasa harus dijadikan isu sentral dalam peningkatan konsumsi hortikultura nusantara, karena sebagian besar produk hortikultura nusantara memenuhi unsur kesehatan dan citra rasa yang lebih disukai, walaupun warna dan penampilan kurang menarik, dan ukuran yang tidak seragam. Di sini diperlukan sosialisasi dan kampanye untuk bisa mengubah kesadaran masyarakat akan pentingnya makan makanan yang sehat untuk bisa menjamin kehidupan yang lebih baik dengan banyak mengkonsumsi produk hortikultura nusantara.
Kombinasi buah semusim dan buah sepanjang musim juga memastikan ketersediaan buah nusantara sepanjang tahun. Kita selalu dapat menemukan buah nusantara sepanjang tahun. Perbedaan waktu ketersediaan memberikan keragaman dan pilihan alternatif konsumsi yang lebih luas.
Berdasarkan latar belakang di atas, Institut Pertanian Bogor bekerjasama dengan Kementerian Badan Usaha Milik Negara dan Kementerian Pertanian serta didukung oleh berbagai instansi pemerintah dan organisasi lainnya menyelenggarakan “FESTIVAL BUNGA DAN BUAH NUSANtARA 2013”. Kegiatan ini akan menggelar berbagai Kegiatan Utama dan Kegiatan Pendukung.
Kegiatan Utama mencakup:
- Indonesia Horticulture Investment & Business Forum,
- Lomba Bunga dan Buah Unggul Nusantara,
- Expo Bunga dan Buah Nusantara,
- Bursa Bunga dan Buah Nusantara,
- Parade dan Ikrar Cinta Bunga dan Buah Nusantara.
Pelaksana dari kegiatan ini adalah Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB bersama Panitia Festival Tanaman XXXIII HIMAGRON (Himpunan Mahasiswa Agronomi) IPB, dan HAAI (Himpunan Alumni Agronomi IPB).
0 comments:
Post a Comment